Rabu, 12 November 2014

INVESTASI, MENABUNG, DAN PEMBENTUKAN BANK ISLAM Q.S AL-HASYR (59) : 18



1.  Q.S Al-Hasyr (59) :18
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ (١٨ 

2. Terjemahan Q.S Al-Hasyr (59) : 18
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

3. Arti Perkata Q.S Al-Hasyr (59) : 18
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا          = Hai orang-orang yang beriman;
Hanya untuk umat Islam pengikut Nabi Muhammad SAW

اتَّقُوا اللَّهَ                    = bertakwalah kepada Allah
وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ               = dan hendaklah setiap diri memperhatikan
مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ               = apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat);
Hal ini bisa diartikan juga bahwa kita diperintahkan untuk selalu melakukan introspeksi dan perbaikan guna mencapai masa depan yang lebih baik. Melihat masa lalu, yakni untuk dijadikan pelajaran bagi masa depan. Atau juga menjadikan pelajaran masa lalu sebuah investasi besar untuk masa depan.

وَاتَّقُوا اللَّهَ                   = dan bertakwalah kepada Allah
إِنَّ اللَّهَ                      = sesungguhnya Allah
خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ           = Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan

4. Munasabah Q.S Al-Hasyr (59) : 18
Hubungan antara Q.S Al-hasyr : 18 dengan ayat sebelumnya yaitu ayat Q.s Al-Hasyr : 17 bahwasanya didalam ayat ini membahas tentang orang-orang yang zalim dinyatakan kekal didalam neraka, sebab mereka tidak memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat) , padahal kita senatiasa dianjurkan untuk mempersiapkan dan memperhatikan perbuatan kita untuk hari esok agar kita bisa selamat dari siksa apai neraka.
Sedangkan pada ayat sesudah Q.s Al-Hasyr: 18 terdapat Q.s Al-Hasyr :19 yang bahwasanya didalam ayat ini kita dilarang menjadi orang yang lupa kepada Allah, lupa kepada diri sendiri, sehingga kita menjadi orang yang fasik. Dalam larangan ini kita diperintahkan untuk selalu memperhatikan perbuatan kita untuk hari esok, karena setiap perbuatan yang dilakukan akan diminta pertanggung jawaban dan mendapatkan ganjarannya.
Maka dalam Q.S Al-Hasyr : 18 inilah yang membahas tentang upaya  yang harus dipertimbangkan umat Muslim untuk memperoleh manfaat di masa yang akan datang. Berkaitan dengan hal ini yakni dalam melakukan kegiatan aktivitas ekonomi seperti investasi, menabung, dan pembentukan bank islami, hendaknya setiap mengambil keputusan atau menentukan perilaku yang akan diperbuatkan harus benar-benar diperhitungkan. Karena semua yang hendak dilakukan tersebut akan mendatangkan manfaat bagi diri kita sendiri dimasa yang akan datang.

5. Asbabun Nuzul Q.S Al-Hasyr (59) : 18
Tidak terdapat Asbabun Nuzul pada Q.S Al-Hasyr : 18



6. Tafsiran Q.S Al-Hasyr (59) :18
Dalam mengupas ayat ini, penulis berpedoman kepada tiga kitab tafsir terkemuka, yakni kitab Tafsîrat-Thabariy, Tafsîr Ibnu Katsîr dan Tafsîr al-Qurthubiy. Ayat ini – secara eksplisit — menyebutkan perintah “bertaqwa” kepada Allah (ittaqûLlâha). Disebutkan dalam Tafsîr ibnu Katsîr bahwa taqwa sendiri diaplikasikan dalam dua hal, menepati aturan Allah dan menjauhkan diri dari laranganNya.Jadi, tidak bisa kita mengatakan “saya telah menegakkan shalat”, setelah itu berbuat maksiat kembali. Karena makna taqwa sendiri saling bersinergi, tidak dapat dipisahkan. Bandingkan dengan penjelasan al-Qurthubiy dalam kitab tafsirnya Al-Jâmi’ li Ahkâm al-Qurân, yang menyatakan bahwa perintah taqwa (pada rangkaian ayat ini) bermakna: “Bertaqwalah pada semua perintah dan larangannya, dengan cara melaksanakan farâidh-Nya (kewajiban-kewajiban) yang dibebankan oleh Allah kepada diri kita — sebagai orang yang beriman — dan menjauhi ma’âshî-Nya(larangan-larangan) Allah, yang secara keseluruhan harus kita tinggalkan dalam seluruh aspek kehidupan kita.
Mengenai pertanyaan: “Apakah kita – selamanya — harus bertaqwa kepada Allah?” Jawabnya: “Tentu saja; dharûriyyan (bahasa Arab), absolutely (bahasa Inggris), tidak boleh tidak!”. Karena kita adalah orang-orang yang beriman, yang memiliki komitmen untuk bertaqwa kepada Allah. Perintah bertaqwa dalam hal ini ditujukan bagi orang-orang yang beriman(Yâ ayyuhâ l-ladzîna âmanû). Sedangkan orang yang belum beriman haruslah beriman terlebih dahulu, untuk kemudian bertaqwa.
Penggalan ayat selanjutnya memunyai makna yang mendalam. Waltanzhur nafsun mâ qaddamatl ighadin. Dan hendaklah seseorang melihat apa yang telah ia perbuat (di masa lalu) untuk hari esok. Dalam Tafsîr at-Thabariy dijabarkan: “Dan hendaklah seseorang melihat apa yang telah diperbuatnya untuk hari Kiamat. Apakah kebajikan yang akan menyelamatkannya, atau kejahatan yang akanmenjerumuskannya?
Kata-kata ‘ghad’ sendiri dalam bahasa Arab berarti “besok”. Beberapa mufassir (pakar tafsir) menyatakan dalam beberapa riwayat: Allah “senantiasa mendekatkan hari kiamat hingga menjadikannya seakan terjadi besok, dan ‘besok’ adalah hari kiamat”.
Ada juga yang mengartikan ‘ghad’ sesuai dengan makna aslinya, yakni besok. Hal inibisa diartikan juga bahwa kita diperintahkan untuk selalu melakukan introspeksi dan perbaikan guna mencapai masa depan yang lebih baik. Melihat masa lalu,yakni untuk dijadikan pelajaran bagi masa depan. Atau juga menjadikan pelajaran masa lalu sebuah investasi besar untuk masa depan.
Dalam kitab Tafsîribnu Katsîr, ayat ini disamakan dengan perkataan hâsibû anfusakum qablaan tuhâsabû. Hisablah (introspeksi) diri kalian sebelum nanti kalian dihisab (di hari akhir).
(WattaqûLlâh) Dan bertaqwalah kepada Allah. Kalimat kedua (wattaqûLlâh) sama dengan pernyataan Allah dalam kalimat pertama ayat ini. Perintah bertaqwa disebutkan dua kali sebagai sebuah bentuk penekanan. Hal ini menggambarkan betapa pentingnya ketaqwaan kita kepada Allah. Bahkan, perintah bertaqwa juga disebutkan oleh para khatib – secara eksplisit– pada setiap khutbah Jum’at. Al-Qurthubiy menjelaskan bahwa kalimat wattaqûLlâh pada rangkaian yang kedua (dalam ayat ini) memberikan pengertian: “Seandainya rangkaian kalimat pertama (wattaqûLlâh) bisa dipahami sebagai perintah untuk bertaubat terhadap apa pun perbuatan dosa yang pernah kita lakukan, maka pengulangan kalimat wattaqûLlâh pada ayat ini (untuk yang kedua kalinya) memberikan pengertian agar kita berhati-hati terhadap kemungkinan perbuatan maksiat yang bisa terjadi di kemudian hari setelah kita bertaubat, karena setan tidak akan pernah berhenti menggoda diri kita”.
InnaLâha khabîrun bimâta’malûn (sungguh Allah Maha Mengetahui apa yang kalian kerjakan), memberikan pengertian bahwa baik dan buruknya perbuatan kita tidak akan pernah lepas dari pengawasan Sang Khaliq (Allah), kapan pun dan di mana pun.
Secara tidaklangsung, ayat ini telah mengajarkan kepada kita suatu hal yang sangat mendasardari Time Management dalam cakupan waktu yang lebih luas. Jika biasanyahanya mencakup kemarin, besok, dan sekarang, dalam ayat ini dibahas waktu didunia dan di akhirat. Karena memang, keterbatasan waktu kita di dunia harusbisa kita manfaatkan semaksimal mungkin untuk mendapatkan tempat yang terbaikdi sisiNya. Semoga kita termasuk golongan orang-orang yang bertaqwa.
Tidak terbatas pada Time Management, tapi juga Life Management. Manajemen hidup sebagai muslim, yang berorientasikan Allah dan hari Akhir. Menjadikan perbuatan di dunia sebagai wasilah (sarana) menuju Allah. Ingat! Tujuan penciptaan kita adalah untuk beribadah pada Allah. Meski begitu, dalam kesehariannya, kita juga tidak boleh melupakan kedudukan kita di dunia. Keduanya kita jadikan sarana untuk menambah perbendaharaan amal shalih.
Allah Subhaanahu wa Ta'aala memerintahkan hamba-hamba-Nya yang mukmin untuk melakukan kehendak dari keimanan dan konsekwensinya yaitu tetap bertakwa kepada Allah Subhaanahu wa Ta'aala baik dalam keadaan rahasia maupun terang-terangan dan dalam setiap keadaan serta memperhatikan perintah Allah baik syariat-Nya maupun batasan-Nya serta memperhatikan apa yang dapat memberi mereka manfaat dan membuat mereka celaka serta memperhatikan hasil dari amal yang baik dan amal yang buruk pada hari Kiamat. Karena ketika mereka menjadikan akhirat di hadapan matanya dan di depan hatinya, maka mereka akan bersungguh-sungguh memperbanyak amal yang dapat membuat mereka berbahagia di sana, menyingkirkan penghalang yang dapat memberhentikan mereka dari melakukan perjalanan atau menghalangi mereka atau bahkan memalingkan mereka darnya. Demikian juga, ketika mereka mengetahui bahwa Allah Subhaanahu wa Ta'aala Mahateliti terhadap apa yang mereka kerjakan, dimana amal mereka tidak ada yang tersembunyi bagi-Nya dan tidak akan sia-sia serta diremehkan-Nya, maka yang demikian dapat membuat mereka semakin semangat beramal saleh.
Ayat ini merupakan asas dalam meintrospeksi diri, dan bahwa sepatutnya seorang hamba memeriksa amal yang dikerjakannya, ketika ia melihat ada yang cacat, maka segera disusul dengan mencabutnya, bertobat secara tulus (taubatan nashuha) dan berpaling dari segala sebab yang dapat membawa dirinya kepada cacat tersebut. Demikian juga ketika ia melihat kekurangan pada dirinya dalam menjalankan perintah Allah, maka ia mengerahkan kemampuannya sambil meminta pertolongan kepada Tuhannya untuk dapat menyempurnakan kekurangan itu dan memperbaikinya serta mengukur antara nikmat-nikmat Allah dan ihsan-Nya yang banyak dengan kekurangan pada amalnya, dimana hal itu akan membuatnya semakin malu kepada-Nya. Sungguh rugi seorang yang lalai terhadap masalah ini dan mirip dengan orang-orang yang lupa kepada Allah; lalai dari mengingat-Nya serta lalai dari memenuhi hak-Nya dan mendatangi keuntungan terbatas bagi dirinya dan hawa nafsunya sehingga mereka tidak mendapatkan keberuntungan, bahkan Allah Subhaanahu wa Ta'aala menjadikan mereka lupa terhadap maslahat diri mereka, maka keadaan mereka menjadi melampaui batas, mereka pulang ke akhirat dengan membawa kerugian di dunia dan akhirat serta tertipu dengan tipuan yang sulit ditutupi, karena mereka adalah orang-orang yang fasik.
Sedangkan Menurut tafsiran Quraish Shihab , kata tuqaddimu artinya dikedepankan digunakan dalam arti amal-amal yang dilakukan untuk meraih manfaat dimasa datang. Ini seperti hal-hal yang dilakukan terlebih dahulu guna menyambut tamu kedatangannya. Perintah memperhatikan apa yang telah diperbuat untuk hari esok, dipahami oleh Thabathaba’i sebagai perintah untuk melakukan evaluasi terhadap amal-amal yang telah dilakukan. Ini seperti seorang tukang yang telah menyelesaikakn pekerjaannya. Ia dituntut untuk memperhatikannya kembali agar menyempurnakannya bila telah baik, atau memperbaikinya bila masih ada kekurangannya, sehingga jika tiba saatnya diperiksa, tidak ada lagi kekurangan dan barang tersebut tampil sempurna. Setiap mukmin dituntut melakukan hal itu. Kalau baik dia dapat mengharap ganjaran, dan kalau amalnya buruk dia hendaknya segera bertaubat. Atas dasar ini pula, ulama beraliran Syi’ah itu berpendapat bahwa perintah takwa yang kedua dimaksudkan untuk perbaikan dan penyempurnaan amal-amal yang telah dilakukan atas dasar perintah takwa yang pertama. Dari satu sisi untuk mengisyaratkan bahwa tidaklah cukup penilaian sebagian atas sebagian yang lain, tetapi masing-masing harus melakukannya sendiri-sendiri atas dirinya, dan sisi lain ia mengisyaratkan bahwa dalam kenyataan otokritik ini sangatlah jarang dilakukan.
Menurut Al- Maraghi, Ma qaddamat (apa yang telah dilakukannya)
Ghat (hari kiamat) artinya karena dekatnya sebab segala yang akan datang (terjadi) adalah dekat sebagaimana dikatakan “sesungguhnya besok hari itu bagi orang yang menantinya adalah dekat”. Nasu ‘i-lah (mereka melupakan hak Allah) artinya karena mereka meninggalkan perintah-perintah-Nya dan tidak berhenti dari larangan-larangannya. Fa ansahum anfusahum, Allah menjadikan mereka melupakn nasib mereka, sehingga mereka tidak mengerjakan untuk diri mereka itu kebaikan yang akan bermanfaat baginya .

Konklusi: “Pesan Moral Ayat Ini”
Pesan-pesan moral yang terkandung dalam ayat-ayat tersebut adalah mengenai keterbatasan waktu yang kita miliki. Benar, waktu yang kita miliki tidaklah panjang, begitu pun denganmasa hidup kita. Lantas bagaimana kemudian kita menggunakannya dengan baik dan benar? Adalah dengan beramal shalih. Jikalau tidak? Maka pastilah kita akanmerugi. Inna l-insâna lafî  khusrin. Sungguh seluruh manusia berada dalam kerugian. Seperti yang sudah termaktub dalam QS Al-‘Ashr.
Dalam hal ini, Allah memberikan pengecualian kepada orang-orang dengan kriteria tertentu : 1) beriman 2) beramal shalih 3) saling menasihati dalam kebenaran 4) saling menasihati dalam kesabaran). Hal-hal itulah yang harus mendapatkan perhatian utama dalam hidup. Karena, banyak orang yang pada akhirnya lupa pada Allah karena terlena dengan gelimang dunia. Insyâ Allah, hal tersebut akan kita bahas pada tulisan selanjutnya. Kedua hal ini sangat dekat hubungannya, antara waktu dan pemanfaatannya, tujuan hidup kita, dan rintangan-rintangan dalam hidup, dengan mengambil sampel kajian QS al-Ashr.



7. Kesimpulan
Didalam pembahasan ini kita perlu tau pengertian dari Investasi, menabung, dan pembentukan bank Islam. Investasi disebut juga dengan istilah penanaman modal atau pembentukan modal saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang. Menabung berarti menyisihkan sebagian uang kita  untuk disimpan sebagai perencanaan dalam memenuhi kebutuhan untuk masa depan. Pembentukan Bank Islam merupakan tempat penyimpanan uang yang aman, dan transparan sesuai dengan syariat Islam demi untuk memenuhi kebutuhan kita dimasa depan. Hubungan Q.S Al-Hasyr :18 dari ke 3 hal tersebut sangatlah berkaitan, karena Q.S Al-hasyr membahas tentang ketaqwaan kita dalam persiapan hari esok (kiamat) agar kita selamat dari siksa apai neraka sedangkan investasi, menabung, dan pembentukan bank islam merupakan perencanaan kita untuk kehidupan dimasa depan agar kita tidak melarat di hari tua, kita sangat membutuhkan pembentukan bank islam, sebab harta kita dapat dikelolah dengan baik sesuai dengan syariat Islam yang dimana dapat memberi keuntungan bukan hanya diri sendiri tetapi juga buat orang lain di masa yang akan datang.
Apabila kita amati anatara Ilmu ekonomi hukum Syariah dengan Ilmu ekonomi nonhukum Syariah maka ditemukan perbedaan yang mendasar yaitu disatu pihak (Ilmu ekonomi hukum Syariah) menghormati nilai-nilai hukum pencipta manusia yang tercantum di dalam Al-Qur’an yang kemudian di implementasikan oleh Nabi Muhammad SAW dalam kehidupan sosial bermasyarakat baik ketika di Makkatul Mukarrama maupun di Madinatul Munawwarah.
Dalam Ilmu ekonomi nonSyariah masalah pilihan itu sangat tergantung pada perilaku yang harus dimiliki  oleh setiap muslim, maka akan mengabaikan rambu-rambu hukum Islam. Dalam hukum ekonomi syariah, kesejahtraan sosial dapat dimaksimalkan jika sumber daya ekonomi juga dialokasikan sedemikian rupa. Sehingga dengan pengaturan kembali keadaannya, tidak seorang pun lebih baik dengan menjadikan orang lain lebih buruk. Oleh karena itu, suka atau tidak Ilmu hukum syariah tidak dapat berarti netral diantara tujuan yang berbeda-beda, kegiatan adanya bunga dalam investasi, menabung dan dalam pembentukan bank dapat merupakan aktivitas yang baik dalam sistem hukum ekonomi nonsyariah. Namun dalam hal ini tidak dimungkinkan oleh sistem hukum ekonomi syariah.

1 komentar:

  1. Slot Machine Casinos - MapYRO
    Play all free slots casino games at MapYRO. Casino icon, with search 경상북도 출장샵 bar, finder 동두천 출장마사지 icon, 강원도 출장샵 and a 경상남도 출장샵 list of top 의왕 출장샵 free slot machine apps in United States.

    BalasHapus